Komunitas Literasi “Ma’rifat Mohokapogu” Gelar Kongko Budaya di Puncak Dupola

0

 

DETIKSULAWESI.COM,BOLMUT – Komunitas literasi “Ma’rifat Mohokapogu” menggelar kongko kajian budaya di pondok perkebunan Dupola, desa Tote Kecamatan Bolangitang Barat, Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Sabtu (17/04/2021).

Kegiatan yang dihadiri oleh anggota komunitas literasi ini mengangkat tema tentang eksistensi kearifan budaya lokal di Bolmut.

Kajian bertema kebudayaan ini dibuat dalam suasana sederhana di puncak gunung, dirangkaikan dengan buka puasa bersama dan dilanjutkan dengan kajian hingga pukul 21.00.

Ketua komunitas literasi “Ma’rifat Mohokapogu” Romi Lantapa, memaparkan bahwa komunitas ini merupakan sebuah gerakan kebudayaan yang digagas oleh generasi muda.

“Di era digitalisasi, kita tak boleh melupakan akar budaya kita, negeri ini kaya dengan warisan kebudayaan, sayang jika ini berlalu tanpa perhatian generasi muda,” ujar Sangadi Tanjung Buaya periode 2015 – 2020 ini.

Romi menuturkan bahwa ada beberapa aspek kebudayaan lokal seperti ; adat istiadat, bahasa, tradisi lisan, kepercayaan, teknologi tradisional dan lain-lain, yang pernah ada di daerah ini.

“Bahkan aspek kebudayaan ini juga diatur dalam regulasi tentang objek pemajuan kebudayaan, artinya negara juga perhatian terhadap kebudayaan, maka seyogyanya sebagai generasi muda tak boleh mengabaikan ini,” ujar Lantapa yang juga merupakan Jurnalis ini.

Tentang nama Ma’rifat Mokapog, Romi memaparkan bahwa secara etimologi, Ma’rifat adalah pengetahuan, sedangkan Mohokapogu berasal dari bahasa lokal dengan kata dasar “Kapogu” artinya Lebat dan padat, diberi imbuhan prefiks menjadi Mohokapogu.

“Ma’rifat Mohokapogu, ini gerakan kebudayaan yang akan menelusuri dan mengkaji warisan kebudayaan di Bolmut, khususnya di Kaidipang dan Bolangitang, dan kemarin, komunitas ini secara resmi kita telah masukkan data pada Balai Pustaka provinsi Sulawesi Utara, sebagai sebuah komunitas literasi yang bergerak di bidang kebudayaan,” terangnya.

Salah satu anggota komunitas yang hadir, Chandriawan Datuela, memaparkan bahwa ada kekaguman tersendiri terhadap warisan budaya Kaidipang dan Bolangitang, terdapat keluhuran nilai yang tinggi.

“Kebanggaan bagi kami generasi bahwa di daerah ini banyak warisan budaya yang bernilai tinggi, ini akan menjadi objek kajian kita dalam komunitas ini,” ujar Chan.

Sementara itu, Albar Stion, salah satu anggota komunitas mengungkapkan tentang salah satu unsur budaya yaitu bahasa Kaidipang.

“Bahasa Kaidipang Bolangitang harus lestari, karena Bahasa adalah aspek pokok dari sebuah kebudayaan, sementara hari ini jumlah penuturnya makin hari makin sedikit,” ujar Albar dalam argumentasinya di kajian ini.

 

Tidak hanya bahasa daerah, tapi ada banyak warisan kebudayaan, termasuk tradisi bersastra yaitu Sosukito (Dongeng), Singgoboli (Legenda), Legeru (Pantun), Lelesa (Syair) dan lain-lain yang akan menjadi objek kajian komunitas Ma’rifat Mohokapogu.

Kedepan, komunitas literasi Ma’rifat Mokapog akan terus melakukan kegiatan-kegiatan serupa.

(ridwan)

Leave A Reply

Your email address will not be published.