Legenda Pomomutula dan Pomomandtowa, Cinta Pugupugu pada Tanah Keidupa

0

 

DETIKSULAWESI.COM,BOLMUT – Jika kita melewati Kantor Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) ke arah Gorontalo, kita juga akan melewati satu jembatan yang bernama Keakar. Ada satu jalan masuk ke kiri ke arah selatan, akan menemui suatu tempat yang oleh masyarakat Kaidipang (Boroko) disebut dengan Ledit dan Pomomutula.

Secara etimologi (bahasa) Kaidipang, Pomomutula berasal dari kata dasar “Hutula” yang bermakna sebagai simpul tali, diberi imbuhan awalan (prefiks) “Po” yang merupakan kata menunjukan tempat, dan sisipan (infiks) “Mu” yang merupakan kata kerja, maka menjadilah sebuah kata yang menunjukan tempat, yaitu POMOMUTULA, yang bermakna sebuah tempat penyimpulan tali.

Kawasan yang bernama Pomomutula ini sejak dulu kala merupakan hutan yang kini menjadi semak belukar, di tempat ini ada satu ritual tertentu yang harus dilakukan ketika melewati tempat ini, yakni mengikatkan rumput (momutulo) agar kita tidak akan tersesat di tempat ini.

Dari sinilah asal muasal kata Pomomutula ini oleh masyarakar setempat.

Di Pomomutula ini, tersimpan cerita rakyat tentang Datu Binangkal Pugupugu yang merupakan raja pertama Keidupa (Kaidipang).

Dikisahkan, pada satu ketika Pugu Pugu Binangkal bersama saudara kandungnya bernama Olangowuluru/ Pomontolo/ Bulonggodu, melihat apakah dibalik lebatnya hutan dan tingginya gunung dan bukit mungkinkah ada penghidupan atau tanah harapan baru yang mungkin lebih baik dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik di tanah Kaidipang.

Maka pada suatu hari maka sepakatlah mereka berdua dan beberapa orang lainnya, memulai perjalanan dan petualangan yang sangat berat itu.

Dengan berat hati dan rasa haru harus meninggalkan tanah kelahiran dan rakyatnya Keidupa, namun Binangkal bersumpah jika suatu nanti tempat yang mereka temukan, maka semua masyarakatnya akan jemput ke tanah harapan baru.

Setelah berpamitan dengan sanak famili dan rakyatnya maka berangkatlah memulai petualangan menembus hutan lebat, menyeberangi sungai yang sudah barang tentu makin kedalam semakin sulit untuk ditembus lebatnya hutan belukar.

Pugupugu yang memimpin petualangan ini mulai melakukan ikatan-ikatan atau simpul rumput atau apa saja tali hutan dan akar yang bergelantungan, hal ini juga diikuti oleh para pengikutnya.

Para pengikutnya dengan penuh keheranan melihat hal ini, mereka pun bertanya apa maksud dari ikatan ikatan ini.
Datu Binangkal Pugupugu menjelaskan maksud dari apa yang dilakukannya ini, bahwa ini merupakan tanda pemandu dalam perjalanan ini, karena melihat kedapan dan belakang, betapa lebat hutan belantara yang sedang dilalui ini.

Menurut Pugupugu bahwa simpulan atau Ikatan (Hutuliya) yang dibuat ini berguna jika sekiranya tersesat dan tidak dapat meneruskan perjalanan ini, inilah tanda yang menuntun kembali ke tempat awal atau Lagada.

Inilah yang cerita (Legenda) yang menyertai penamaan tempat ini sehingga sampai saat ini, tempat ini disebut dengan dengan POMOMUTULA.

Perjalanan dan petualangan Binangkal Pugupugu, saudaranya Olangowuluru dan masyarakat yang menyertai terus berlanjut. Walaupun rintangan didepan mereka begitu berat menembus hutan belantara dan kini mereka menemui medan yang lebih berat, harus memulai pendakian Bukit.

Setelah melalui rintangan akhirnya mereka tiba diatas puncak bukit itu, maka dengan keletihan mereka memutuskan untuk beristirahat, namun dari atas puncak gunung ternyata daratan Kaidipang dan sebagian Bolangitang terlihat dengan jelas makanya masyarakat Kaidipang menyebut bukit POMOMANTDOWA.

Pomomandtowa sendiri bermakna Memantau atau tempat Pemantauan.

Dan dari atas bukit ini Pomomantdowa, memandang ke bawah, melihat negeri tercinta Kadipang, Binangkal merasa iba yang sangat mendalam sehingga air matanya bercucuran dan berbata-bata berkata :

Saya tidak sanggup meninggalkan tanah ini sambil menunjuk kebawah ke dataran Kaidipang.
Binangkal berkata pada adiknya Olangowuluru, mempersilahkan untuk melanjutkan perjalanmu, dirinya akan kembali pulang ke Lagada Kaidipang, tanah yang dicintainya, dan akan tinggal selamanya bersama sama rakyat disana.
Akhirnya pulang kembali ke Lagada mengikuti ikatan rumput sebagai penuntun jalan.

Adapun adiknya, tetap melanjutkan perjalanan menembus hutan belantara, gunung bukit dan menurut cerita turun temurun Olangowuluru tiba Gorontalo (Kerajaan Limutungo) sehingga itu dikenal dengan nama lain sebagai Pomontolo yang berarti orang yang melakukan perjalanan pintas.

Selain Pomontolo ada nama lain yang disebut orang-orang tua, yaitu Bulonggodu.

Penutur : Idris Antogia
Editor : Ridwan

Leave A Reply

Your email address will not be published.