Sehan Landjar Diberi Gelar Pimpinan Tertinggi Oleh Dewan Adat Swapraja

0

DETIKSULAWESI.COM, BOLTIM — Lembaga Dewan Adat dari empat etnis Swapraja Bolaang Mongondow Raya (BMR), menganugerahkan gelar Adat ‘Tule Molantud’ (pemimpin tertinggi masyarakat Bolaang Mongondow sebelum masuk zaman Datu) kepada Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Sehan Salim Landjar karena berprestasi sebagai pemimpin dan dianggap telah memenuhi empat kriteria pemberian gelar.

Keempat lembaga dewan adat BMR tersebut merupakan perwakilan dari dewan adat Kaidipang dewan adat Bintauna, dewan adat Bolango dan dewan adat Bolaang Mongondow, dimana sebelum dilakukan penganugerahan gelar adat kepada Bupati Sehan Landjar, bersama lembaga adat Boltim yang diwakili Aki Dedy Ginoga, diminta untuk membacakan surat keputusan bersama.

Dalam surat keputusan bersama, nomor 004/dewan adat/bolaang mongondow bintauna bolango kaidipang/VII/2020, menyebutkan bahwa, penetapan pemberian gelar adat tersebut telah sesuai hasil rapat musyawarah kesepakatan bersama empat etnis utama se-Bolaang Mongondow Raya. Selain itu, dalam menjalankan tugasnya sebagai Bupati Boltim, Sehan Landjar dianggap telah berprestasi sebagai pemimpin yang Mokodotol, Mokorakup, Mokolintak, bo’ Mokoanga’ kon Totabuan Pomukaan, sehingga pantas diberikan gelar adat ‘Tule Molantud’, serta keputusan tersebut ditegaskan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, maka diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Adapun Empat kriteria yang harus terpenuhi sehingga seorang pemimpin pantas diberikan gelar ‘Tule Molantud’ ini antara lain memiliki pribadi yang dalam bahasa Daerah disebut Mokodatol yang berarti berjiwa patriotik, fisik dan bentuk tubuhnya kuat, sehat dan tangguh. Berikutnya, Mokorakup yang berarti menjadi pengayom yang dapat memahami dan menyelesaikan semua masalah di wilayah kepemimpinannya. Selanjutnya, Mokolintak atau Mokodia yang berarti mampu menjalankan sanksi adat kepada orang terdekat sekalipun. Kemudian, Mokoanga’ yang berarti memiliki kharisma besar dan dapat menjaga sikap serta perilakunya dari sejak dini.

Sementara itu, Bupati Sehan yang sempat menyampaikan sambutan dalam kegiatan tersebut, bertekad untuk mempersatukan kembali semua etnik yang ada di BMR yang telah lama tercerai-berai. Menurutnya, gelar adat yang telah disematkan adalah suatu tanggung jawab besar dan bukan satu pekerjaan yang ringan. Sehingga dia meminta dukungan semua komponen masyarakat terutama dari empat etnik eks swapraja BMR.

“Tentunya saya akan berupaya semaksimal mungkin, untuk mempersatukan kembali semua etnik yang ada di Bolaang Mongondow Raya, yang telah lama tercerai berai. Saya akan berupaya semaksimal mungkin untuk bagaimana menjunjung tinggi adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita untuk kembali menjaga harkat dan martabat masyarakat Bolmong di empat eks swapraja,” ujar Bupati dua periode ini.

Tak lupa dia juga menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kehormatan yang diberikan. Meski disisi lain diakuinya bahwa, penyematan tersebut juga menjadi beban yang berat yang harus ia jalani hari ini sampai dengan seterusnya.

“Saya ucapkan terima kasih kepada dewan lembaga adat BMR yang telah memberikan kepercayaan dan menyematkan gelar adat ‘Tule Molantud’ kepada saya. Sekali lagi terima kasih, syukur moanto (banyak syukur), syukur moribu (beribu-ribu syukur), syukur mobarong koinomu tolu, totoi adat nong kon opat nolipuan naa kon bolaang mongondow in pinonobatuan (banyak syukur kepada kalian bertiga, jembatan/perwakilan adat dari empat wilayah/daerah di Bolaang Mongondow Bersatu),” ucap Sehan Lanjar menutup sambutannya.

Sekedar diketahui, penganugerahan gelar adat ‘Tule Molantud’ oleh lembaga dewan adat empat etnis Swapraja Bolaang Mongondow Raya tersebut, dilangsungkan di rumah dinas Bupati Boltim, pada Senin (20/07/2020) kemarin.

(Advertorial)

Leave A Reply

Your email address will not be published.