Perumahan Guru Disorot Jelang Pembahasan RAPBD Sulsel 2020

0

DETIKSULAWESI.COM, SELAYAR- Rencana pembahasan Rancangan Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun anggaran 2020 yang akan mulai pasca pelaksanaan reses, (12/11/2019), disambut sukacita oleh masyarakat Kabupaten Kepuluan Selayar, Sulawesi Selatan.

Sejalan dengan hal tersebut, sejumlah elemen masyarakat mulai menyuarakan aspirasi serta rangkaian harapan mereka kepada Anggota DPRD Provinsi Sulsel dari daerah pemilihan  (Dapil IV) yang meliputi Kabupaten Jeneponto, Selayar, dan Kabupaten Bantaeng.

Catatan aspirasi dimaksud terdiri atas usulan pengalokasian pos anggaran rehabilitasi tiga unit perumahan guru, SDI 132 Miantuu, Desa Lamantu, Kecamatan Pasimarannu yang kondisi fisiknya, sangat memprihatinkan dan tidak layak huni.

“Mohon perhatian, kami pendidik dan tenaga kependidikan yang bertugas di daerah kepulauan ingin hidup layak. Sementara, kondisi perumahan guru yang ada di sini, sungguh teramat miris dan memprihatinkan”, Ujar Kepala Sekolah SDI 132 Miantuu, Amri A.Ma.Pd, saat diwawancarai awak media, Rabu, (13/11/2019).

Mereka berharap, bantuan perhatian jajaran Pemerintah Provinsi dan Anggota DPRD Sulawesi Selatan untuk dapat ‘mengangkat,’ membicarakan, dan membahas persoalan perumahan SD Miantu’u, pada rangkaian agenda pembahasan RAPBD tahun 2020.

“Mohon kiranya, agar persoalan ini dapat menjadi skala prioritas penganggaran pada tahap pembahasan dan penyusunan RAPBD Pokok mendatang,” pinta Amri.

Selain alokasi anggaran rehabilitasi perumahan guru, mereka juga meminta agar dapat diberikan bantuan alokasi anggaran pembangunan perumahan kepala sekolah dan pos anggaran kegiatan pembangunan pagar di sekeliling lingkungan SDI 132 Miantuu, berukuran 68 x 38 m.

“Dengan begitu, kami berharap, SDI 132 Miantuu akan kembali dilirik oleh orang tua siswa yang seolah enggan menyekolahkan anaknya di sekolah kami. Tak heran, jika saat ini SD Miantuu, tinggal dihuni oleh dua belas orang siswa,” kata Amri menjelaskan.

Lebih lanjut Amri mengungkaokan, semenjak ditinggal pergi oleh guru-guru yang habis dimutasi oleh Pemerintah Kabupaten, SDI 132 Miantuu pun, terkatung-katung.

Ibarat manusia yang hidup segan, mati tak mau  Kondisi SDI 132 Miantuu, tak ubahnya, bagai orang yang sedang sakratul maut,” kesalnya.

Diketahui, kondisi yang tak kalah miris juga dialami SDI Timoro, Desa Nyiur Indah, Kecamatan Takabonerate yang sudah bertahun-tahun diperhadapkan pada permasalahan klasik, yakni kondisi fisik bangunan perumahan guru yang juga tidak layak huni. (rza/fadly syarif)

Leave A Reply

Your email address will not be published.