Tangisan Iringi Prosesi Pemakaman Vannessa Natania Maengkom

0

DETIKSULAWESI.COM, BOLTIM – Serli Ontu, tak kuasa menahan air mata, kala memandang putrinya Vannessa Natania Maengkon (10 bulan) yang terbujur kaku dalam peti mati

Amatan detiksulawesi.com, Kamis (15/8/2019) di rumah duka Desa Tobogon, Kecamatan Modayag, Kabupaten Boltim, Ibu korban terlihat beberapa kali pingsan kala melihat putrinya.

Tangan Serli terlihat terus memegang pinggiran peti mati milik anaknya. Tangisan keluarga korban pecah, kala peti ditutup dan di bawa menuju keranda jenazah.

Foto Vannessa tersenyum yang diletakan tepat di kaki peti, ikut serta mengiringi kepergiannya menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Serli dan suaminya Hari Maengkong, begitu terpukul dengan kepergian putri kedua mereka itu. Hal ini terlihat saat keranda jenazah akan dibawa.

Tak ada kata-kata yang diucapkan keduanya, selain menangis. Keluarga terus menenangkan keduanya, karena tak sanggup berpisah.

“Memang mereka berdua masih trauma. Apa lagi Serli istrinya,” ujar Sepupu dari Hari Maengkong, Joppi Sinaulang (45).

Kata dia, musibah ini membuat mereka terpukul. Karena tidak pernah menyangka.

Kebakaran yang menghaguskan kedua rumah, meninggalkan luka mendalam. Apa lagi bagi keluarga Maengkong- Ontu.

Joppi bercerita, awal kejadian dari Serli menidurkan anaknya di ayunan.

“Serli tidak lama di rumah saya. Karena anaknya sedang tidur. Dia balik lagi ke rumah,” ujar Joppi

“Mendengar suara warga berteriak api – api, langsung bergegas. Ternyata rumahnya terbakar, Ingin menolong ade di dalam rumah. Namun api sangat cepat membesar karena rumah mereka terbuat dari kayu,” terangnya.

Apalagi, kata Joppi, api bermula dari dalam kamar. Sehingga sulit menyelamatkan korban.

Kesulitan juga mengambil air untuk padamkan api. Karena untuk menjegah. Jangan sampai api menyebar ke rumah lain sebab berdekatan.

Lanjut dia, hampir 90 persen kepala keluarga di sini, punya ikatan keluarga. Apa lagi suaminya merupakan keluarga besar.

Suaminya Hari Maengkong, padahal baru beberapa hari meninggalkan rumah untuk bekerja panjat cengkeh di Basaan Minahasa Tenggara (Mitra).

Sementara itu, Eling Semuruk (47), menuturkan, api hampir saja menyambar rumahnya. Karena rumah yang terbakar tepat di belakang rumahnya.

“Kemarin saya juga takut. Karena rumah saya tepat berada di belakang,” ujar Eling Semuruk.

(Hikma pratama)

Leave A Reply

Your email address will not be published.